Prabowo Dorong Gasifikasi Batu Bara sebagai Solusi Energi Alternatif, Investasi Capai Rp180 Triliun

Minggu, 30 Maret 2025 | 02:20:14 WIB
Prabowo Dorong Gasifikasi Batu Bara sebagai Solusi Energi Alternatif, Investasi Capai Rp180 Triliun

JAKARTA - Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto berkomitmen untuk melanjutkan proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai alternatif pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG). Langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG dan memperkuat ketahanan energi nasional.

Sebelumnya, proyek ini menarik perhatian investor asing, termasuk perusahaan asal Amerika Serikat, Air Products and Chemicals, serta investor dari China. Namun, kedua pihak tersebut akhirnya mundur karena menilai proyek ini tidak ekonomis akibat tingginya biaya produksi dan distribusi, serta minimnya infrastruktur pendukung. Kendati demikian, pemerintah tetap berkomitmen untuk melanjutkan proyek ini dengan sumber pendanaan dari dalam negeri.

Pembangunan DME di Berbagai Wilayah

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa proyek DME akan dibangun secara bertahap di beberapa wilayah strategis, termasuk Kabupaten Muara Enim dan Ogan Komering Ilir (OKI) di Sumatera Selatan, Kabupaten Tanah Bumbu di Kalimantan Selatan, serta Kabupaten Kutai Timur di Kalimantan Timur.

“Kita akan membangun DME berbahan baku batu bara kalori rendah sebagai substitusi LPG. Produk ini akan dipasarkan dalam negeri guna mengurangi ketergantungan impor LPG,” ujar Bahli.

Lebih lanjut, Bahlil menegaskan bahwa pembangunan industri DME kali ini tidak akan lagi bergantung pada investor asing. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kemandirian ekonomi dan memastikan bahwa seluruh keuntungan yang diperoleh dari proyek ini dapat dinikmati oleh industri dalam negeri.

“Pendanaan proyek ini sepenuhnya akan berasal dari sumber daya dalam negeri. Sedangkan teknologi akan kita peroleh dari mitra luar yang sudah memiliki pengalaman dalam bidang ini,” tambahnya.

Selain itu, pemerintah juga berencana meningkatkan nilai tambah sektor pertambangan dengan mengolah tembaga, nikel, dan bauksit menjadi produk hilir seperti alumina dan aluminium, guna mendukung industri dalam negeri dan meningkatkan daya saing ekspor.

Investasi Besar untuk Hilirisasi Batu Bara

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Tri Winarno, mengungkapkan bahwa proyek gasifikasi batu bara menjadi DME merupakan bagian dari 21 proyek hilirisasi yang saat ini tengah dipercepat oleh pemerintah. Proyek ini menjadi prioritas utama karena memiliki potensi besar dalam mengurangi impor LPG yang selama ini membebani anggaran negara.

“Dari 21 proyek hilirisasi yang sedang dipersiapkan, terdapat empat proyek hilirisasi DME, satu proyek hilirisasi besi, satu proyek hilirisasi alumina, satu proyek hilirisasi aluminium, dua proyek hilirisasi tembaga, dan dua proyek hilirisasi nikel. DME menjadi proyek terbesar dengan total investasi sekitar US$ 11 miliar atau setara dengan Rp180 triliun,” kata Tri 

Tri memastikan bahwa pendanaan proyek DME akan bersumber dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), sebuah lembaga yang dibentuk untuk mengelola investasi strategis pemerintah dalam sektor energi dan sumber daya alam guna mendukung kemandirian ekonomi nasional.

Sementara itu, pemerintah masih dalam tahap pembahasan mengenai pihak pelaksana proyek ini. Pelaksana proyek berpotensi melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki pengalaman dalam industri energi dan pertambangan.

“Nanti pelaksananya bisa dari BUMN atau pihak lain. Sampai saat ini, masih dalam tahap pembahasan,” pungkas Tri.

Manfaat Gasifikasi Batu Bara bagi Indonesia

Dengan proyek gasifikasi batu bara ini, pemerintah berharap dapat mencapai beberapa manfaat utama, antara lain:

Mengurangi Ketergantungan Impor LPG: Indonesia selama ini mengimpor LPG dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan produksi DME dari batu bara, ketergantungan terhadap LPG impor dapat ditekan secara signifikan.

Meningkatkan Ketahanan Energi Nasional: Dengan adanya sumber energi alternatif dari dalam negeri, stabilitas pasokan energi dalam negeri akan semakin kuat.

Menciptakan Lapangan Kerja: Proyek ini akan membuka banyak lapangan pekerjaan baru, baik dalam sektor pertambangan, manufaktur, maupun distribusi DME.

Meningkatkan Nilai Tambah Batu Bara: Selama ini, batu bara Indonesia banyak diekspor dalam bentuk mentah. Dengan proyek hilirisasi ini, batu bara dapat diolah menjadi produk bernilai tambah lebih tinggi sebelum digunakan di dalam negeri atau diekspor.

Pemerintah optimistis bahwa proyek gasifikasi batu bara ini akan menjadi langkah strategis dalam menciptakan energi yang lebih terjangkau dan berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia. Dengan investasi besar dan komitmen untuk mengandalkan sumber daya dalam negeri, proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang luas bagi perekonomian nasional.

Terkini