Strategi Efektif Orang Tua Agar Anak Tidak Mudah Terbujuk Orang Asing

Kamis, 20 November 2025 | 12:37:33 WIB
Strategi Efektif Orang Tua Agar Anak Tidak Mudah Terbujuk Orang Asing

JAKARTA - Belakangan, kasus penculikan anak kembali menjadi sorotan publik. Salah satunya adalah penculikan balita bernama Bilqis (4) yang terjadi di Taman Pakui, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu, 2 November 2025.

Bilqis hilang saat sang ayah sedang bermain tenis dan tidak menyadari anaknya lepas dari pengawasan. Rekaman CCTV menunjukkan seorang perempuan menuntun tiga anak kecil, salah satunya Bilqis, berjalan tergesa-gesa sambil menoleh ke belakang.

Beruntung, Bilqis berhasil diselamatkan meski sudah berpindah tangan tiga kali. Kasus ini menjadi pengingat bagi orang tua bahwa ancaman terhadap anak bisa datang kapan saja, bahkan di lingkungan yang terlihat aman.

Pentingnya Edukasi Orang Tua dan Komunikasi dengan Anak

Psikolog anak Mira Amir menekankan bahwa kunci utama agar anak tidak mudah terbujuk orang asing adalah orang tua. Tanggung jawab menjaga anak bukan hanya soal fisik, tetapi juga edukasi dan komunikasi yang kuat.

Budaya masyarakat sering mendorong anak untuk selalu ramah kepada orang asing. Hal ini perlu dibenahi agar anak bisa memahami batasan tanpa kehilangan sifat ramahnya.

Orang tua harus membangun hubungan yang hangat dan aman dengan anak. Anak yang merasa nyaman bercerita lebih mudah memberi tahu saat mengalami situasi mencurigakan.

Mengajarkan Batasan Diri dan Validasi Perasaan

Anak perlu diajarkan batasan pribadi dan keamanan diri sejak dini. Penanaman sejak awal membuat anak lebih peka terhadap rasa tidak nyaman dan berani berkata “tidak” saat merasa terancam.

Validasi perasaan anak juga penting agar mereka percaya pada intuisi sendiri. Mengabaikan rasa takut anak dapat membuatnya ragu menilai situasi dan meningkatkan risiko terpapar bahaya.

Selain itu, orang tua harus memberi penguatan secara rutin. Semakin sering latihan menolak ajakan orang asing, semakin besar kemampuan anak untuk bertahan dari situasi berbahaya.

Latihan Respons Aman melalui Role Play

Role play atau latihan skenario bisa sangat membantu. Misalnya, membuat situasi orang asing menawarkan permen atau mengatakan disuruh Mama menjemput, agar anak terbiasa memberi respons aman.

Anak dapat belajar menjauh, menolak ajakan, atau segera mencari orang dewasa yang dipercaya. Latihan ini membantu anak memahami batasan dengan cara yang praktis dan tidak menakutkan.

Peran Lingkungan Sekitar Anak

Selain orang tua, lingkungan juga berperan penting. Guru, keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar sebaiknya peduli terhadap keamanan anak.

Mira Amir menekankan, jika melihat sesuatu yang tidak wajar, segera cek atau tanyakan. Hal ini bukan untuk menumbuhkan rasa curiga berlebihan, melainkan untuk meningkatkan kewaspadaan dan perlindungan.

Semakin banyak orang dewasa yang peduli, semakin kecil peluang anak berada dalam bahaya. Perlindungan anak dari ajakan orang asing bukan hanya soal memberi peringatan, tetapi juga membangun rasa aman dan percaya diri dalam diri mereka.

Membentuk Anak yang Mandiri dan Waspada

Anak yang terdidik mengenai batasan, paham intuisi diri, dan memiliki komunikasi terbuka dengan orang tua lebih mampu menghadapi situasi berisiko. Pencegahan penculikan anak tidak hanya mengandalkan pengawasan fisik, tetapi juga kesiapan mental anak.

Penerapan role play, validasi perasaan, dan edukasi rutin membuat anak lebih siap menolak bujuk rayu orang asing. Dukungan dari keluarga dan masyarakat memperkuat sistem perlindungan sehingga anak tetap aman dalam aktivitas sehari-hari.

Melalui strategi ini, anak tidak hanya belajar menolak orang asing, tetapi juga membangun kepercayaan diri. Orang tua berperan sebagai pengarah, pendidik, dan pelindung sekaligus, membentuk generasi yang waspada namun tetap ramah dan mandiri.

Terkini