5 Alasan Tubuh Mudah Berkeringat Saat Menikmati Hidangan Daging Lezat

Senin, 01 Desember 2025 | 14:52:29 WIB
5 Alasan Tubuh Mudah Berkeringat Saat Menikmati Hidangan Daging Lezat

JAKARTA - Tidak sedikit orang merasakan sensasi panas menjalar di tubuh ketika menyantap daging. Meski hanya duduk santai, peluh bisa muncul di wajah, pelipis, atau leher tanpa disadari.

Fenomena ini umum terjadi, tetapi jarang diketahui penyebabnya. Tubuh manusia memiliki cara unik dalam merespons makanan yang dikonsumsi melalui proses internal dan reaksi kimia.

Faktor yang memengaruhi keringat tidak hanya dari jenis daging, tetapi juga cara memasak dan bumbu yang digunakan. Memahami mekanisme ini bisa membantu kita menyiasati sensasi “panas” saat makan.

1. Metabolisme Tubuh Meningkat Karena Protein

Daging kaya protein yang memerlukan usaha lebih besar untuk dicerna. Saat mengunyah daging sapi atau ayam, tubuh meningkatkan proses metabolisme untuk memecah protein menjadi asam amino.

Proses ini dikenal sebagai thermic effect of food, yakni pembakaran energi ekstra selama pencernaan. Peningkatan metabolisme ini ikut menaikkan suhu tubuh, sehingga kelenjar keringat bekerja untuk menurunkannya.

Itulah sebabnya makan daging terasa “panas” meski tidak melakukan aktivitas fisik. Tubuh otomatis mengeluarkan keringat untuk menjaga suhu tetap stabil.

2. Kandungan Lemak Memperpanjang Kerja Pencernaan

Selain protein, beberapa daging mengandung lemak tinggi yang membutuhkan waktu lebih lama dipecah tubuh. Sistem pencernaan bekerja ekstra, sehingga suhu tubuh naik perlahan.

Keringat keluar sebagai respon alami tubuh terhadap peningkatan suhu ini. Semakin tinggi kadar lemak pada daging, seperti wagyu atau iga berlemak, semakin besar kemungkinan tubuh berkeringat lebih banyak.

Jika keringat muncul terutama saat makan daging berlemak, lemak inilah yang menjadi pemicunya. Kulit secara otomatis menyeimbangkan panas yang dihasilkan pencernaan.

3. Bumbu Pedas dan Rempah Memicu Kelenjar Keringat

Bagi pecinta pedas, hidangan daging biasanya dilengkapi cabai, lada, atau rempah kuat lainnya. Senyawa seperti capsaicin dalam bumbu ini menstimulasi reseptor panas pada tubuh.

Tubuh merespons seolah sedang kepanasan, sehingga kelenjar keringat aktif bekerja. Bahkan jika dagingnya sendiri rendah lemak, bumbu pedas saja cukup membuat tubuh “panas”.

Sensasi ini umum terjadi pada sate pedas, rendang kaya rempah, atau daging bakar berbumbu kuat. Reaksi ini sebenarnya mekanisme alami tubuh menjaga keseimbangan suhu internal.

4. Aktivasi Sistem Saraf Simpatik dan Faktor Individu

Menikmati makanan favorit dapat mengaktifkan sistem saraf simpatik, yang juga bekerja saat antusias atau senang. Saat mencicipi daging dengan aroma dan rasa menggugah, detak jantung, aliran darah, dan suhu tubuh meningkat.

Respon ini memicu kelenjar keringat agar bekerja lebih keras. Sensasi hangat ini mirip perasaan saat sangat bersemangat, namun kali ini dipicu oleh makanan.

Selain itu, kondisi tubuh dan hormon memengaruhi intensitas keringat. Orang dengan metabolisme cepat, hormon tiroid aktif, atau tingkat stres tinggi lebih mudah berkeringat saat makan daging.

Jumlah kelenjar keringat juga berbeda pada setiap orang, sehingga respon terhadap jenis makanan tertentu bisa sangat bervariasi. Bahkan masalah ringan seperti pencernaan sensitif atau ketidakseimbangan hormon membuat tubuh bereaksi lebih kuat.

Memahami dan Mengelola Sensasi Keringat

Tubuh berkeringat saat makan daging merupakan kombinasi dari metabolisme meningkat, kandungan lemak, bumbu pedas, sistem saraf aktif, dan faktor individu. Semua mekanisme ini bersifat alami dan menunjukkan adaptasi tubuh terhadap makanan.

Untuk mengurangi sensasi “panas”, perhatikan jenis daging, kadar lemak, dan intensitas bumbu. Pilihan porsi lebih kecil atau mengonsumsi air dapat membantu tubuh menyesuaikan diri.

Memahami fenomena ini membuat kita bisa menikmati hidangan daging tanpa terganggu oleh keringat berlebih. Tubuh tetap sehat, dan pengalaman kuliner tetap menyenangkan.

Terkini