Pasar komoditas global mencatat pergerakan harga yang menarik sepanjang awal tahun baru 2025. Meski perdagangan sempat diawali dengan lesu, akhir pekan ini menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang variatif untuk beberapa komoditas penting di pasaran.
Menurut laporan terkini, harga minyak mentah menunjukkan peningkatan, dengan harga timah mengalami lonjakan, sementara harga batu bara justru menunjukkan penurunan. Berikut adalah rincian pergerakan harga berbagai komoditas yang dianggap penting dalam perdagangan global.
Minyak Mentah Mengalami Kenaikan
Harga minyak mentah mencatat kenaikan pada sesi akhir perdagangan hari Jumat. Cuaca dingin yang melanda Eropa dan Amerika Serikat, dikombinasikan dengan stimulus ekonomi dari Tiongkok, menjadi faktor utama penggerak kenaikan ini. Pasar minyak mentah juga diprediksi akan mendapatkan dukungan dari prakiraan cuaca dingin di berbagai belahan dunia yang meningkatkan permintaan.
Mengutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent mengalami kenaikan sebesar 0,9 persen, mencapai USD 76,62 per barel. Ini merupakan level tertinggi yang tercatat sejak 25 Oktober. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS mengalami kenaikan lebih tinggi, dengan angka 1,5 persen menjadi USD 74,24 per barel.
Kebijakan pemerintah Tiongkok yang meluncurkan langkah-langkah baru untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi, termasuk menaikkan upah untuk pegawai pemerintah serta peningkatan tajam dalam pendanaan obligasi pemerintah, turut menjadi penyokong meningkatnya harga minyak mentah.
Harga Batu Bara Terus Mengalami Penurunan
Berbeda dengan minyak, harga batu bara mengalami penurunan dalam perdagangan akhir pekan lalu. Berdasarkan data dari bursa ICE Newcastle, batu bara mencatat penurunan sebesar 0,88 persen, menetap di angka USD 123,50 per ton.
Menilik sepanjang tahun 2024, harga batu bara di bursa Newcastle telah jatuh sekitar 5,04 persen. Pada awal tahun 2024, harga batu bara berada di level USD 131,55 per ton, dan kembali turun di awal tahun 2025 mendekati USD 125 per ton. Lonjakan pasokan di penghujung tahun lalu menjadi faktor utama menyusutnya angka penurunan ini, terutama dengan produksi batu bara di Tiongkok mencapai rata-rata 14,27 juta ton per hari pada November, angka tertinggi yang pernah tercatat.
Peningkatan Harga CPO
Minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) menunjukkan peningkatan harga di akhir pekan lalu, menunjukkan kenaikan 0,88 persen menjadi MYR 4.374 per ton menurut tradingeconomics. Sepanjang tahun 2024, CPO mengalami kenaikan sekitar 21,42 persen akibat meningkatnya permintaan di tengah stagnasi produksi.
Permintaan dari Tiongkok yang kuat, salah satu pembeli terbesar, menjelang perayaan Tahun Baru Imlek menjadi salah satu pendorong harga. Sementara itu, rencana pemerintah Indonesia untuk memulai mandat biodiesel B40 pada awal Januari 2025 juga berkontribusi ke dalam dinamika pasar CPO.
Nikel: Peningkatan Tipis di Akhir Pekan
Harga nikel di London Metal Exchange (LME) melaporkan kenaikan tipis sebesar 0,21 persen, menjadi USD 15.111 per ton. Awalnya, harga nikel sepanjang 2024 mengalami penurunan sekitar 6,35 persen. Padahal, pada awal tahun lalu, harga nikel masih dijual di angka USD 16.055 per ton.
Permintaan yang tak menentu dan pasokan yang melimpah dari Indonesia, salah satu pemasok utama, menjadi faktor tekanan harga nikel. Peningkatan produksi di Indonesia setelah pelarangan ekspor bijih nikel tahun 2020 juga dianggap berdampak besar terhadap ketersediaan nikel di pasar global.
Lonjakan Harga Timah
Menariknya, harga timah menjadi sorotan di saat harga beberapa komoditas lain menunjukkan tren menurun. Kenaikan harga timah mencapai 1,93 persen, yaitu USD 29.108 per ton, selama sesi perdagangan Jumat. Sepanjang tahun 2024, harga timah tercatat mengalami penyusuran 15,48 persen, sempat hampir menyentuh angka USD 35.000 per ton pada April 2024.
Stabilitas harga timah setelah periode kenaikan tajam menjadi perhatian pelaku pasar, terutama ketika harga mulai mengalami penurunan kembali di pertengahan November 2024, stabil di kisaran USD 28.000 per ton.
Pengamat industri komoditas, Dr. Arief Wijaya dalam pernyataannya kepada Reuters pada 2025 mengatakan, "Kondisi pasar komoditas saat ini sangat dinamis. Kenaikan dan penurunan harga yang terlihat merupakan refleksi dari berbagai kebijakan ekonomi global yang saling mempengaruhi."
Secara keseluruhan, pergerakan harga komoditas di awal tahun 2025 ini memberi sinyal penting mengenai kondisi pasar global yang sedang mengalami perubahan signifikan akibat berbagai faktor internasional, termasuk kebijakan ekonomi dan cuaca. Pemantauan terhadap perkembangan pasar dunia ini diperlukan agar dapat menentukan strategi yang tepat bagi pelaku industri dan investasi di sektor-sektor yang terkait.