Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengungkapkan bahwa Jakarta diperkirakan akan tenggelam pada tahun 2050. Hal ini disebabkan oleh kerusakan lingkungan yang parah akibat pengambilan air tanah yang terus-menerus. Saat ini, banyak warga Jakarta yang masih mengandalkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Kondisi tersebut memperburuk penurunan permukaan tanah yang semakin cepat, yang pada akhirnya memicu banjir. "Hari ini, setiap tahunnya di Jakarta permukaan tanahnya turun 10 sentimeter. Bahkan, sebagian sampai 30 sentimeter," kata Hanif.
"Artinya apa? Kalau 10 tahun lagi maka Jakarta akan turun 3 meter dan seterusnya dan diprediksi akan tenggelam di tahun 2050," lanjutnya. Menurut Hanif, pembangunan gedung-gedung bertingkat yang semakin banyak juga menjadi faktor penyebab masalah ini.
Selain itu, meningkatnya permukaan air laut juga menambah risiko banjir yang bisa menyebabkan Jakarta tenggelam. "Begitu air tanah dalam diambil terus, di sisi lain juga gedung bangunan bertambah maka tanahnya akan semakin terus turun. Sehingga setiap tahun Jakarta akan semakin dalam tingkat penurunan tanahnya. Ini serius saya sampaikan," jelas Hanif.
"Di sisi lain, air laut semakin naik dengan perubahan iklim. Ini dua-duanya benar-benar suatu kombinasi yang sangat menarik untuk bisa menenggelamkan Jakarta," tambahnya.
Untuk mengatasi masalah ini, Hanif menyarankan salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah mengembalikan fungsi daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung. Sungai Ciliwung, menurutnya, bisa menjadi sumber air bagi masyarakat Jakarta yang selama ini bergantung pada air tanah.
"Kalau kita tidak mengembalikan fungsi Sungai Ciliwung untuk memenuhi hajat hidup orang banyak di wilayah Jabodetabek, maka kita benar-benar sedang merancang bencana yang lebih besar," kata Hanif. "Nah, begitu kondisinya dikembalikan kita juga berharap bisa mampu menjawab kebutuhan air untuk masyarakat," tutupnya.