Minyak Global

Harga Minyak Global Naik Tajam Awal Desember 2025 Akibat Geopolitik Memanas

Harga Minyak Global Naik Tajam Awal Desember 2025 Akibat Geopolitik Memanas
Harga Minyak Global Naik Tajam Awal Desember 2025 Akibat Geopolitik Memanas

JAKARTA - Bukan hanya keputusan produsen minyak dunia yang memengaruhi pasar, tetapi rangkaian ketegangan geopolitik di berbagai kawasan kini membuat harga minyak kembali bergerak naik pada awal pekan. Perpaduan antara keputusan OPEC+ dan meningkatnya risiko gangguan pasokan dari beberapa negara menjadi pemicu utama pergerakan harga yang mulai menarik perhatian investor.

OPEC+ Mempertahankan Sikap Hati-Hati di Tengah Ancaman Kelebihan Pasokan

Harga minyak dunia dibuka menguat pada Senin, 1 Desember 2025, setelah negara-negara OPEC+ kembali menegaskan sikap untuk menahan rencana peningkatan produksi pada kuartal pertama tahun depan. Keputusan tersebut menunjukkan bahwa kelompok produsen minyak terbesar itu ingin mencegah potensi kelebihan pasokan global yang bisa menekan harga.

Sentimen positif juga muncul di pasar setelah pernyataan terbaru OPEC+ menekankan pentingnya pendekatan yang hati-hati terhadap penyesuaian produksi. Kelompok tersebut menegaskan fleksibilitas penuh untuk melanjutkan atau membatalkan perubahan produksi secara sukarela sesuai kondisi pasar.

Reuters melaporkan bahwa hingga pukul 08.39 WIB, harga Brent crude naik 0,98% ke US$ 62,99 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,99% ke level US$ 59,12 per barel.

Keputusan OPEC+ ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan awal November yang memutuskan untuk menjaga stabilitas pasokan. Kebijakan tersebut bertujuan mengurangi risiko terjadinya surplus minyak di pasar internasional.

Analis Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar, menilai langkah OPEC+ sesuai dengan apa yang diperkirakan pasar. Dalam analisanya, ia menyebut bahwa kekhawatiran terhadap potensi kelebihan pasokan global menjadi alasan utama keputusan tersebut.

“Kekhawatiran pasar mengenai potensi kelebihan pasokan minyak global kemungkinan berperan besar dalam keputusan OPEC+,” tulis Dhar. Pernyataannya menegaskan bahwa produsen minyak kini semakin berhati-hati dalam mengambil keputusan produksi.

AS Pertimbangkan Langkah terhadap Venezuela dan Tingkatkan Ketidakpastian Pasokan

Tekanan tambahan terhadap pasokan global muncul dari Amerika Serikat setelah Presiden Donald Trump mempertimbangkan penutupan wilayah udara Venezuela. Langkah tersebut dinilai dapat memicu gangguan pasokan minyak dari negara Amerika Selatan tersebut yang selama ini menjadi salah satu pemasok penting bagi beberapa pasar.

Analis ING menyoroti bahwa potensi kebijakan AS itu meningkatkan risiko bagi pasar minyak global. “Risiko pasokan dari Venezuela meningkat setelah Presiden Trump mengatakan sedang mempertimbangkan penutupan wilayah udara negara tersebut,” tulis analis ING.

Namun, Trump tidak memberikan penjelasan detail mengenai rencana tersebut. Ia juga tidak menjelaskan apakah kebijakan itu mengarah pada kemungkinan langkah militer atau hanya berupa pembatasan akses udara.

“Jangan membaca terlalu jauh,” ujar Trump. Pernyataannya membuat pasar bertanya-tanya tentang langkah lanjutan yang mungkin dilakukan pemerintah AS.

Kekhawatiran pasar meningkat karena Venezuela sering menghadapi ketidakstabilan politik yang berdampak langsung pada produksi minyaknya. Dengan adanya potensi pembatasan baru, pasokan global bisa semakin tertekan.

Ketegangan Rusia–Ukraina Kembali Panaskan Harga Minyak Global

Di kawasan Eropa, situasi menjadi semakin rumit setelah ketidakpastian mengenai rencana perdamaian antara Rusia dan Ukraina kembali muncul. Ketegangan kembali meningkat setelah militer Ukraina mengonfirmasi telah menyerang kilang minyak Rusia serta fasilitas penerbangan militer Beriev di wilayah Rostov.

Serangan drone laut Ukraina juga dilaporkan mengenai dua tanker yang menuju pelabuhan Rusia di Laut Hitam. Kedua kapal tersebut diketahui akan mengambil minyak dan insiden ini langsung meningkatkan kekhawatiran atas kelancaran jalur pasokan dari kawasan tersebut.

Situasi ini menekan sentimen bearish yang sebelumnya mendominasi dalam dua pekan terakhir. Pasar sempat berharap tercapainya kesepakatan damai yang bisa membuka peluang masuknya kembali volume besar minyak Rusia yang terkena sanksi.

Harapan tersebut kini semakin pudar karena eskalasi kembali konflik di kawasan itu. Pasar pun kembali bersiap dengan kemungkinan gangguan pasokan yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

Selain itu, hubungan Rusia dan Ukraina yang semakin memanas kembali menempatkan kawasan Eropa sebagai titik risiko utama dalam rantai pasokan energi dunia. Kondisi tersebut berdampak pada meningkatnya volatilitas harga minyak sejak pertengahan tahun.

Pertemuan pejabat Ukraina dan Amerika Serikat di Florida juga memberi tekanan tersendiri pada pasar. Kedua pihak membahas perkembangan perang yang terus memasuki tahun ketiga tanpa tanda-tanda penyelesaian cepat.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyebut bahwa pertemuan tersebut berlangsung sangat produktif. Ia menegaskan masih banyak upaya yang harus dilakukan untuk mengakhiri konflik tersebut secara menyeluruh.

Pasar Minyak Hadapi Banyak Variabel Risiko di Akhir Tahun

Kombinasi antara kebijakan produsen dan ketegangan geopolitik membuat pasar minyak memasuki periode penuh ketidakpastian. OPEC+ memang telah berusaha menjaga stabilitas dengan menahan produksi, tetapi faktor eksternal terus mendorong harga bergerak fluktuatif.

Risiko dari Venezuela, konflik Rusia–Ukraina, hingga kemungkinan perubahan kebijakan AS membuat harga minyak sulit diprediksi dalam jangka pendek. Kondisi ini mendorong investor untuk lebih berhati-hati dalam membaca arah pasar.

Dengan berbagai dinamika tersebut, pergerakan harga minyak pada awal Desember ini menjadi indikasi bahwa pasar masih jauh dari kata stabil. Ketidakpastian yang tinggi kemungkinan akan terus mewarnai pasar energi hingga beberapa bulan ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index