Minyak

Harga Minyak Global Koreksi Ringan Setelah Lonjakan Akibat Sanksi AS Rusia

Harga Minyak Global Koreksi Ringan Setelah Lonjakan Akibat Sanksi AS Rusia
Harga Minyak Global Koreksi Ringan Setelah Lonjakan Akibat Sanksi AS Rusia

JAKARTA - Pasar minyak global kembali bergejolak meski pergerakannya tampak melemah pada awal perdagangan Jumat, 24 Oktober 2025. Harga minyak mentah dunia sedikit terkoreksi setelah sempat melesat tajam sehari sebelumnya, dipicu oleh sanksi baru Amerika Serikat terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia.

Kendati sempat turun, harga minyak tetap berada di jalur kenaikan mingguan. Hal ini menunjukkan bahwa ketegangan geopolitik masih menjadi faktor utama yang menggerakkan harga energi dunia dalam beberapa hari terakhir.

Harga Minyak Global Koreksi Ringan Setelah Lonjakan Signifikan

Pada pembukaan perdagangan Jumat pagi waktu London, harga minyak mentah Brent turun sebesar 54 sen atau 0,8 persen menjadi US$ 65,45 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) asal Amerika Serikat melemah 51 sen atau 0,8 persen ke posisi US$ 61,28 per barel.

Kedua harga acuan tersebut sebelumnya melonjak lebih dari 5 persen pada Kamis, 23 Oktober 2025. Namun, secara mingguan, keduanya masih mencatatkan kenaikan sekitar 7 persen, menjadi yang tertinggi sejak pertengahan Juni tahun ini.

Pelemahan ringan tersebut dianggap sebagai koreksi alami setelah kenaikan besar yang terjadi sehari sebelumnya. Investor mulai berhati-hati menghadapi ketidakpastian pasokan akibat sanksi internasional terhadap Rusia.

Ketegangan politik yang memanas antara Rusia dan Amerika Serikat kembali memberi tekanan pada pasar energi global. Kondisi ini menambah volatilitas harga yang sudah tinggi sejak beberapa bulan terakhir.

Sanksi Baru Amerika Serikat Bikin Pasar Energi Bergejolak

Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan sikap kerasnya setelah Presiden AS Donald Trump menjatuhkan sanksi terhadap dua raksasa minyak Rusia, yaitu Rosneft dan Lukoil. Langkah tersebut diambil Washington untuk menekan Rusia agar menghentikan agresinya dalam perang di Ukraina.

Kedua perusahaan itu diketahui menyumbang lebih dari 5 persen produksi minyak dunia, sehingga sanksi terhadapnya berdampak besar pada pasokan global. Muncul kekhawatiran bahwa pasokan minyak internasional akan menyusut di tengah meningkatnya kebutuhan energi.

Sanksi tersebut mendorong perusahaan minyak negara China menunda pembelian minyak Rusia untuk sementara waktu. Bahkan, beberapa kilang minyak India, yang selama ini menjadi pembeli utama minyak Rusia melalui jalur laut, juga dikabarkan berencana memangkas impor secara signifikan.

Situasi ini memperkuat sinyal adanya gangguan pada rantai pasokan minyak mentah dunia. Akibatnya, harga minyak sempat melonjak tajam pada perdagangan sebelumnya karena investor bereaksi terhadap potensi penurunan ekspor dari Rusia.

Namun, sebagian analis menilai kenaikan harga itu kemungkinan tidak akan bertahan lama. Pasar disebut masih menunggu langkah-langkah lanjutan dari organisasi negara pengekspor minyak dunia (OPEC).

Pasar Mulai Tenang, OPEC Siap Tambah Produksi Jika Diperlukan

Analis komoditas dari Rakuten Securities, Satoru Yoshida, mengatakan bahwa pembelian minyak akibat kekhawatiran pasokan kini mulai mereda. Ia menilai, dengan cadangan kapasitas produksi yang masih dimiliki OPEC, reli harga besar-besaran akan sulit terjadi dalam waktu dekat.

“OPEC masih memiliki ruang untuk menambah produksi apabila terjadi kekurangan pasokan di pasar global,” ujarnya. Menurutnya, hal ini dapat menjadi penyeimbang alami terhadap potensi lonjakan harga minyak akibat sanksi terhadap Rusia.

Sementara itu, Menteri Perminyakan Kuwait juga memastikan bahwa OPEC siap mengambil langkah antisipatif. Negara-negara anggota akan menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan guna menghindari gejolak harga yang terlalu ekstrem.

Di sisi lain, Pemerintah Amerika Serikat menyatakan siap mengambil tindakan tambahan jika dibutuhkan untuk menstabilkan pasar energi global. AS tetap berkomitmen menjaga suplai minyak dunia agar tidak terganggu secara signifikan.

Meski begitu, Presiden Vladimir Putin menegaskan bahwa sanksi tersebut tidak akan memberi dampak besar terhadap ekonomi Rusia. Ia menyebut langkah itu sebagai “tindakan tidak bersahabat” yang tidak akan mengubah posisi Rusia sebagai salah satu pemain utama di pasar energi global.

Reaksi Global dan Dampak terhadap Arah Harga Minyak Dunia

Setelah langkah AS, Inggris telah lebih dulu menjatuhkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil pada pekan lalu. Menyusul langkah serupa, Uni Eropa juga menyetujui paket sanksi ke-19 terhadap Rusia, yang kali ini mencakup larangan impor gas alam cair (LNG) dari negara tersebut.

Serangkaian sanksi itu menimbulkan efek berantai terhadap perdagangan energi internasional. Negara-negara yang bergantung pada pasokan energi dari Rusia kini berupaya mencari alternatif sumber energi lain.

Namun, pencarian alternatif tersebut tidak dapat dilakukan dengan cepat. Pasokan minyak dunia yang terbatas dapat memperpanjang periode ketidakstabilan harga di pasar global.

Meskipun harga minyak mengalami koreksi tipis pada Jumat pagi, sebagian analis memperkirakan tren kenaikan akan tetap berlanjut dalam jangka menengah. Ketegangan geopolitik dan kebijakan energi global masih menjadi faktor dominan yang menentukan arah harga.

Pasar juga memantau perkembangan situasi di Ukraina yang belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian. Selama konflik masih berlangsung, risiko terhadap pasokan energi dunia akan tetap tinggi.

Dalam kondisi seperti ini, banyak negara mendorong strategi diversifikasi energi untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak mentah dari wilayah tertentu. Langkah ini dinilai penting untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik di tengah ketidakpastian global.

Bagi negara importir besar seperti India dan China, situasi ini menjadi ujian penting dalam menjaga keamanan energi nasional. Mereka harus menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan politik dalam menanggapi kebijakan sanksi yang terus bergulir.

Pasar Waspada, Ketegangan Geopolitik Jadi Faktor Penentu

Meski sempat melemah, harga minyak dunia masih berada di jalur penguatan mingguan yang cukup signifikan. Pasar tampaknya masih menilai sanksi Amerika Serikat terhadap perusahaan minyak Rusia sebagai faktor kunci yang memengaruhi dinamika harga energi global.

Sementara itu, kesiapan OPEC dan negara-negara produsen lain untuk menambah pasokan memberikan sedikit kelegaan bagi pelaku pasar. Namun, ketidakpastian geopolitik yang berlarut-larut membuat arah harga minyak masih sulit diprediksi.

Investor dan pelaku industri energi kini menunggu langkah lanjutan dari Amerika Serikat dan sekutunya. Dalam jangka pendek, harga minyak diperkirakan akan bergerak fluktuatif seiring penyesuaian pasar terhadap sanksi dan kebijakan produksi.

Kondisi ini menegaskan bahwa stabilitas energi dunia sangat bergantung pada situasi politik dan diplomasi antarnegara. Pasar pun terus memantau setiap perkembangan yang berpotensi mengubah keseimbangan pasokan dan permintaan di tingkat global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index